Tahukah kamu akan hadis ini?
Barangkali kamu tahu dan sudah pun hafal kisahnya.
Namun apakah ertinya pada kehidupan kita? Sedangkan semua yg kita pelajari dari Quran dan hadis harus diterjemahkan pada seluruh kehidupan kita.
Teliti dan bacalah baik- baik tanpa kita jemu menelitinya:
Teliti dan bacalah baik- baik tanpa kita jemu menelitinya:
Rasulullah SAW menceritakan suatu kisah kepada para sahabatnya. Kisah penuh hikmah ini, dicatat oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahih mereka (Bukhari no. 3464 dan Muslim no. 2964). Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahawa Nabi SAW pernah bercerita:
"Dahulu ada tiga orang Bani Israil yang masing-masing menderita suatu penyakit. Orang pertama diserang penyakit kudis di seluruh tubuhnya, orang kedua tidak memiliki sehelai rambut pun di kepalanya (botak) dan orang ketiga menderita cacat pada matanya sehingga tidak boleh melihat (buta).
Allah ingin menguji mereka dengan mengutus seorang malaikat-Nya. Malaikat pun mendatangi orang pertama seraya bertanya: "Apakah yang paling anda inginkan?" Jawabnya: "Warna dan kulit yang indah serta hilangnya seluruh cacat di tubuhku yang membuat manusia menjauhiku." Malaikat lalu mengusapnya sehingga kecacatan di kulitnya hilang dan berganti warna kulit yang indah. Malaikat lalu bertanya lagi: "Binatang (ternak) apa yang paling anda inginkan?" Jawabnya:"Unta..." Lantas diapun diberi unta yang sedang bunting dan malaikat berdoa: "Semoga Allah memberkatimu dengan binatang itu."
Seterusnya malaikat mendatangi orang yang botak dan bertanya: "Apakah yang paling anda inginkan?" Jawabnya: "Rambut yang indah serta hilangnya seluruh kecacatan yang membuat manusia lari dariku." Malaikat lalu mengusapnya sehingga kecacatan di kepalanya hilang dan diberi rambut yang indah. Malaikat lalu bertanya lagi: "Binatang apa yang paling anda sukai?" Jawabnya: "Sapi." Lalu diapun diberi seekor sapi bunting. Kemudian malaikat berdoa: "Semoga Allah memberkatimu dengan binatang tersebut."
Kemudian malaikat mendatangi orang yang ketiga (si buta) dengan pertanyaan yang sama: "Apakah sesuatu yang paling anda inginkan?" Jawabnya: "Semoga Allah menyembuhkan mataku hingga aku dapat melihat." Malaikat lalu mengusapnya sehingga dia dapat melihat. Malaikat lalu bertanya lagi: "Binatang apa yang paling anda inginkan?" Jawabnya: "Kambing."Lantas diapun diberi kambing bunting dan malaikat berdoa: "Semoga Allah memberkatimu dengan binatang itu."
Waktu terus berputar, hari silih berganti, bulan berganti terus berjalan dan tahun-tahun terus berlalu. Ternakan mereka semakin berkembang biak dan bertambah banyak, sehingga masing-masing mempunyai sebuah lembah yang dipergunakan untuk menggembala ternakan masing-masing. Lembah unta, lembah sapi dan lembah kambing.
Kini tiba saatnya bagi Allah untuk menguji mereka. Malaikat kembali mendatangi orang pertama yang kini adalah orang kaya dan tidak lagi berkudis. Malaikat tersebut datang dengan wujud dan keadaan orang tersebut sebelum jadi kaya, iaitu seorang yang miskin lagi berkudis. Kemudian mengatakan: "Saya seorang miskin yang kehabisan bekal dalam perjalanan. Hari ini tiada yang dapat menolong diri saya kecuali Allah, kemudian tuan. Saya memohon kepada tuan yang telah dikurniai kulit yang indah supaya berkenan kiranya memberi harta demi meneruskan perjalanan saya."
Si kudis menjawab: "Tidak, keperluanku yang lain masih banyak." Malaikat berkata: "Dulu seperti saya pernah mengenal tuan. Bukankah dahulunya tuan adalah seorang yang berkudis lalu Allah sembuhkan dan dahulu tuan adalah seorang yang fakir lalu Allah cukupkan?" Dia menjawab: "Harta ini adalah harta warisan nenek moyang sejak dulu." Kata Malaikat: "Jikalau tuan berdusta, maka Allah akan merubah tuan seperti keadaan dahulu."
Berikutnya malaikat mendatangi orang kedua. Malaikat itu menyerupai wujudnya ketika masih miskin dan botak dahulu, seraya mengajukan permintaan yang serupa dengan orang kedua tadi. Jawapan yang diperoleh pun tidak berbeza dengan jawapan orang pertama. Akhirnya Malaikat berkata: "Jikalau tuan berdusta, maka Allah akan merubah tuan seperti keadaan dahulu."
Malaikat kemudian mendatangi orang ketiga dengan rupa seorang buta yang miskin seraya mengatakan: "Saya orang miskin yang kehabisan bekal dalam perjalanan. Hari ini tiada yang dapat menolong diri saya kecuali Allah, kemudian tuan. Saya memohon kepada tuan yang telah disembuhkan oleh Allah untuk berkenan kiranya memberi saya sedikit harta demi meneruskan perjalanan saya ini."
Jawab si buta: "Dahulu aku adalah seorang yang buta, kemudian Allah menyembuhkanku. Maka ambillah apa saja dan berapapun yang anda mahu dan tinggalkan yang anda tidak suka. Demi Allah, saya tidak merasa keberatan bila anda mengambil sesuatu untuk Allah."
Malaikat menjawab: "Tahanlah hartamu, ambillah kembali. Sesungguhnya kalian sedang diuji. Allah telah meredhaimu dan murka kepada saudaramu."
Si buta dengan ikhlas hati memberikan hartanya kepada malaikat tersebut yang dalam pandangannya adalah seorang yang memerlukan bantuan. Maka Allah memberkatinya dan dia tetap memiliki hartanya. Berbeza halnya dengan kedua rakannya dahulu yang ternyata berubah menjadi bakhil. Setelah berubah menjadi orang kaya dan berkedudukan, keduanya lupa kewajipan mereka, iaitu bersyukur kepada Allah dan memberikan hak orang lain yang juga memerlukan bantuan. Maka akhirnya keadaan mereka dikembalikan sebagaimana dahulu."
Ikhwah akhawat sekalian,
Begitulah juga kehidupan kita.
Dulu kita susah.
Susah sangat.
Struggle study.
Miskin duit
Susah nak gi program,
Bersendirian dan keseorangan di jalan ini,
Namun , akhirnya, dengan nikmat dan rahmat Allah, Allah berikan kita nikmat-nikmatNya yang sangat melimpah-ruah:
Kita dapat grad.
Kita dapat kerja.
Kita dapat duit yang banyak.
Kini kita sudah berkereta dan berumah besar.
Seterusnya Allah kurniakan kita zauj dan juga zaujah.
Kita tidak lagi miskin, kita tak lagi struggle, kita tak lagi susah nak pergi program dan kits tak lagi bersendirian di atas jalan dakwah ini.
Maka di saat ini.
Adakah kita mahu menjadi yang sopak, yang botak. Ataupun yang buta?
Di saat semuanya telah mudah sekarang, adakah boleh kita kurangkan komitmen kita di atas jalan dakwah ini?
Sudah tentu di saat inilah, dakwah lebih-lebih lagi menuntut segalanya dari kita.
Sebagai bukti, syukurnya kita pada Allah.
Sebagai bukti janji kita kepada Allah.
Jika tidak, nantikanlah balasan dari Dia, seperti mana yang berlaku pada si sopak dan juga botak.
No comments:
Post a Comment